Hari pertama sekolah, siswa dan terutama orang tua dikejutkan dengan biaya pembelian buku pelajaran yang sangat memberatkan. Biaya yang harus dikeluarkan di beberapa sekolah mencapai Rp. 1 juta per semester (Kompas, Selasa 15 Juli 2008).. Satu angka yang cukup fantastis. Buku-buku teks yang dipakai di sekolah merupakan keluaran dari penerbit buku ternama yang umum dipakai di sekolah. Untuk menekan harga buku, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebenarnya telah menyiapkan buku digital sebanyak 49 judul di internet. Buku-buku tersebut dapat diunduh (download) di http://bse.depdiknas.go.id, www.depdiknas.go.id, www.pusbuk.or.id dan www.sibi.or.id.
Namun keberadaan buku teks tersebut masih mendapatkan banyak kendala antara lain buku tersebut belum dapat diunduh dengan cepat, infrasruktur jaringan IT sekolah yang belum mendukung, kepemilikan komputer yang masih terbatas, biaya akses internet yang masih mahal dan banyak kepala sekolah dan guru yang tidak mengetahui program buku digital tersebut. Akibatnya buku teks digital belum banyak dipakai di sekolah.
Beredarnya buku teks pelajaran terbitan penerbit di sekolah sebenarnya disebabkan karena Bapak dan Ibu Guru tidak kreatif dan tidak mau susah dalam menyusun alat bantu pembelajaran sendiri dalam hal ini adalah buku pelajaran. Padahal salah satu point pengembangan profesi guru adalah menulis karya ilmiah. Melalui tulisan ini saya menghimbau kepada rekan-rekan guru marilah menyusun buku. Jika buku susah minimal modul atau diktat. Karena diktat yang kita susun sesuai dengan keinginan kita. Ibarat koki akan memasak dengan bumbu yang dipilih sendiri dan menu resep yang dibuat sendiri pula maka hasil masakan akan sesuai dengan yang diharapkan si koki.
Pengalaman saya, buku-buku yang dijual penerbit memiliki kelemahan. Apa itu ? Buku teks keluaran penerbit masing-masing memiliki kekurangan antara lain materi yang tidak lengkap, metode penyampaian materi yang kurang bagus, ketidakseimbangan antara teori dan praktek, latihan soal yang sedikit dan materi yang tidak update karena dicetak satu dua tahun yang lalu. Kalau mau ideal, maka seorang murid harus memiliki minimal 4 atau 5 buku dalam satu pelajaran. Salah satu cara agar Bapak dan Ibu guru menyusun diktat adalah perintah kepala sekolah.
Sebagai seorang yang memimpin sekolah, kepala sekolah dapat mewajibkan Bapak dan Ibu guru untuk menyusun diktat. Maka mau tidak mau, bapak dan ibu guru sebagai bawahan harus mematuhi. Tetapi ini dilakukan bertahap karena tidak semua guru memiliki kemampuan dalam menulis diktat. Atau bisa juga guru dalam mata pelajaran yang sama dapat berkolaborasi menyusun diktat. Referensi untuk menyusun diktat didapat dari berbagai sumber, bisa buku pelajaran keluaran penerbit, bisa download materi dari internet, bisa dari materi yang didapat pada saat forum ilmiah seperti seminar, workshop, pelatihan dll. Jika ada keinginan maka pasti ada kemauan, jika ada kemauan pasti ada usaha, jika ada usaha maka pasti ada hasil. Saya yakin, jika rekan-rekan guru terbiasa menggunakan diktat dalam proses belajar mengajar maka konsep buku mahal tidak akan terjadi lagi.
Teknis pemakaian diktat pada proses kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
- Diktat dalam bentuk softcopy
Diktat model ini dapat dilakukan jika sekolah memiliki laboratorium komputer dengan akses jaringan Local Area Network (LAN). File master diktat disimpan di server dan murid dapat mengakses dari komputer klien. File diktat boleh dalam bentuk microsoft Word dengan extensi doc, atau boleh dalam bentuk PDF (Portable Document File). Untuk keamanan dari serangan virus komputer lebih baik jika file diktat dalam bentuk PDF.
- Diktat dalam bentuk hardcopy
Cara yang kedua dapat dilakukan dengan mencetak diktat dengan printer kemudian diperbanyak dengan foto copy. Ini dilakukan jika sekolah tidak memiliki laboratorium komputer dengan jaringan LAN. Cara yang kedua ini juga bisa dilakukan jika murid ingin belajar dimana saja tanpa tergantung dengan komputer.
- Diktat dalam bentuk softcopy dan hardcopy
Cara yang ketiga adalah kombinasi dari cara satu dan dua. Jika dilaboratorium komputer dengan cara satu dan jika diluar laboratorium komputer dengan cara dua.
Sumber : ardansirodjuddin.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar